contekan eh rangkuman analisis sefalometri

A selalu lebih dulu daripada B , itu salah satu cara saya untuk mengingat yang mana SNA yang mana SNB, yang mana yang bernilai 82 yang mana yang mana yang bernilai 80, sehingga ketika dikurangi dihasilkan ANB yang bernilai 2. sebenarnya Charles Tweed sudah lebih dulu membantu kita untuk menghafal rumusan analisa Tweed, Tweed membuat istilah segitiga Tweed. Namun yang menjadi kendala adalah menghafal angka angkanya dan arti dari angka tersebut. 

salah satu penyakit mahasiswa yang sudah berumur seperti saya adalah "Pelupa" selain malas hahahhaha..maka untuk mepermudah membuat laporan atau ujian, saya membuat contekan yang beberapa saya ambil dari literatur dan tugas tugas sefalometri. Rangkuman  tentu tidak setebal buku sefalometri karangan Jacobson, makanya karena lebih sedikit dan padat maka semakin sering bisa melihat paling tidak megintip tabel tabel ini. Mungkin dari beberapa rangkuman ada yang kurang tepat, untuk itu diharapkan sekali masukan atau saran pembaca sekalian.

Berikut rangkuman sefalometri yang umum digunakan saat pembuatan laporan analisa kasus pasien ortodonti 


ANALISIS SKELETAL  DOWN

ANALISIS
TUJUAN PENGUKURAN
REFERENSI
NORMAL
INTERPRETASI
Sudut fasial
Derajat retrusi/protrusi dagu
N-Pog dan FHP.
87,8
(82-95)
< 820 = dagu retrognati
> 950= dagu prognati
Sudut kecembungan
Derajat protrusi maksila
N-A-Pg
0
(-8,5-10)
<- 8,5 =A di belakang Npg (cekung)
>10  = A di depan Npg (cembung )
A-B Plane (Bidang A-B)
kedudukan insisivus yang benar, dan inklinasi axial yang cukup baik dari gigi-gigi diregio insisivus.
perpotongan garis fasial (N-Pog) dan perpanjangan garis A-B
-4,6
(-9- 0)
< - 90 =Maksila  mundur mandibula  maju
> + 90=Maksila maju mandibula mundur

Sudut  Frankfort bidang mandibula
hubungan antara bidang Frankfort dengan garis singgung batas bawah mandibula (bidang mandibula).
Perpotongan bidang mandibula (MP) dan FHP.
21,9
(17-28)
< 17= low angle
> 28= high angle
Sumbu Y ke FH
Mengetahui arah perrtumbuhan dari muka ke bawah ke depan
perpotongan garis S-Gn dan FHP.
59,4
(53-66)
> 66 0                Mandibula clockwise
< 530                Mandibula counterclockwise
































ANALISIS DENTAL DOWN

ANALISIS
TUJUAN PENGUKURAN
REFERENSI
NORMAL
INTERPRETASI
Inklinasi bidang oklusal

dua overlapping M1 dan P1.

9,3
(1,50  -  14,30)
< 1,50 = LowAngle
> 140 = HighAngle


Sudut interinsisal
derajat inklinasi dari gigi insisif

perpanjangan garis tepi insisal dan apeks akar gigi insisif  atas dan bawah.
135,4 0
(1300 - 150,0)
< 1300 = Proklinasi sudut interinsisisal
>150,5 = Retroklinasi sudut  interinsisal

Inklinasi  gigi insisif RB ke bidang oklusal
 relasi insisif dengan permukaan fungsional bidang oklusal
perpanjangan garis tepi insisal-apeks akar gigi insisif sentral bawah dan bidang oklusal.
+3,50 - 14,50

> + 14,5   =Protrusi
<  + 3,5=Retrusi

Inklinasi gigi insisif RB ke bidang mandibula  

perpotongan bidang mandibula dan perpanjangan garis dari tepi insisal-apeks akar gigi insisif sentral bawah

91,4
(-8,50 – 7)
< - 8,50 = Retrusi
> + 7 0= Protrusi

Sumbu gigi insisivus RB ke bidang AP
untuk mengukur protrusi gigi maksila

2,7
(-1 – 5 )
> + 5 mm = Protrusi
< - 1 mm = Retrusi






































ANALISIS TWEED

ANALISIS
TUJUAN PENGUKURAN
REFERENSI
NORMAL
INTERPRETASI
FMPA (Frankfort Mandibular Plane Angle)

pertemuan FHP (OR-PO) dan bidang mandibula (Go-Gn)
25˚ 

<25˚ = horizontal growth pattern
>25˚  = vertical growth pattern pertumbuhan ke bawah lebih besar




IMPA (Incisor Mandibular Plane Angle)
gigi-gigi bawah sebagai dasar untuk menentukan kedudukan dari gigi atas

pertemuan perpanjangan aksis gigi insisivus bawah dengan bidang mandibula (Go-Gn)
90°

< 850 = Retrusi
> 950 =Protrusi




FMIA (Frankfort Mandibular Incisor Angle)

pertemuan perpanjangan aksis gigi insisivus bawah dengan FHP
65°

< 60 = protrusi
>750 =retrusi



























ANALISIS RICKETTS  (DAGU)

ANALISIS
TUJUAN PENGUKURAN
REFERENSI
NORMAL
INTERPRETASI
Facial axis angle

mengetahui jurusan pertumbuhan dagu

perpotongan bidang basion-nasion dengan bidang dari foramen rotundum (PT) ke gnation
900 ± 30
Normal

< 870 = Retroposisi  dagu
> 930 = Proposisi dagu



Facial angle depth
Melihat relasi horisontal mandibula terhadap kranium.

perpotongan bidang fasial (N-Pog) dengan FHP.
87o  +  3          Normal

               

< 840 = Retrognati
> 900  = Prognati

Mandibular plane angle
Menunjukkan kemiringan dari korpus mandibula
perpotongan bidang mandibula dan FHP
26o+4 0           Normal
                                                                               
               
>300    = open bite
< 22 0   =deep bite
                                                           
4.Facial Taper

Sudut antara bidang mandibula dengan bidang fasial


68o+3           
< 65 0=    kelas III
> + 710 = kelas II

Lower Facial Height
menunjukkan relasi vertikal dari maksila dan mandibula

perpotongan garis dari ANS-XI dengan korpus aksis (XI-Pm).
47o + 40           Normal

< 430 = Sceletal   Openbite
> 510 = Deep bite

Convexity of point A
melihat hubungan horisontal antara maksila dan mandibula arah antero posterior

2 mm + 2 mm
Normal
     

> 4 mm = Skeletal kelas II
< 0 mm  = Skeletal kelas III
                               










































SEGITIGA TWEED

ANALISIS SKELETAL STEINER
  

ANALISIS
TUJUAN PENGUKURAN
REFERENSI
NORMAL
INTERPRETASI
Maksila
Menunjukkan posisi ante poste maksila terhadap basis kranium

Sudut SNA
     82

>82 = maksila protrusif
< 82 = maksila retrusi

mandibula
Menunjukkan posisi ante poste mandibula terhadap basis kranium

Sudut SNB
80

               

> 800 = mandibula prognati
< 800  = mandibula resesi

Relasi maksila mandibula
Menentukan posisi relative rahang satu sama lain
Sudut ANB
2 0               
                                                                               
               
>2 = cendeung klas II skeletal
<2=  cenderung klas III skeletal                                                
Bidang oklusal
Membandingkan bidang oklusal dengan bidang S-N
Sudut bidang oklusal ke SN

14


Bidang mandibula
Membandingkan bidang mandibula dengan bidang S-N

Sudut bidang mandibula (G0-Gn) ke SN
32

Di luar normal = pertumbuhan mandibula tidak baik
 


































ANALISIS DENTAL dan JARINGAN LUNAK STEINER


ANALISIS
TUJUAN PENGUKURAN
REFERENSI
NORMAL
INTERPRETASI
Posisi insisif maksila
Menentukan lokasi relative dan inklinasi aksial insisif RA terhadap garis N-A

Sudut I ke N-A

I ke N-A
     220

4 mm di depan N-A

>22 / > 4mm= gigi insisif protrusi (proposisi)

< 22/ < 4 mm = gigi insisif retrusi (retroposisi)


Posisi insisif mandibula
Menentukan lokasi relative dan angulasi gigi insisif RB terhadap garis N-B

Sudut I ke N-B

I ke N-B
250

4mm di depan garis N-B                

>25 / > 4mm= gigi insisif protrusi (proposisi)

< 25/ < 4mm  = gigi insisif retrusi (retroposisi)

Sudut interinsisal
Menentukan posisi relative insisif RA dan RB
Sudut interinsisal
1300              
                                                                               
               
>130 = koreksi inklnasi aksial
<130=  perlu uprighting                                               
Insisif  RB terhadap dagu
Menentukan jarak permukaan labial insisif bawah terhadap garis N-B
Permukaan labial insisif   RB terhadap garis N-B

4 mm di depan garis N-B

>4 mm perlu koreksi
Bibir
Adaptasi bibir terhadap jaringan keras
Bibir terhadap Garis  S
Bibir Tepat menyentuh garis S

Tidak menyentuh/di belakang garis S = bibir retrusi

menyentuh / di depan garis S = bibir protrusi
































ANALISIS WENDEL-WYLE

Bidang
Nilai
Interpretasi
Laki-laki
Wanita
Displasia Antero-Posterior
Glenoid fossa - Sella tursica
18 mm
17 mm
Jika:
Glenoid fossa - Sella tursica
Sella turcica - Fissura Pterygomaksila
Jarak Fissura pterygomaksila – M1 atas
Panjang Maksila
--> memiliki nilai > standar maka ditulis retrognati

Jika:
Panjang mandibula
--> memiliki nilai > standar ditulis prognati

Maka:
Nilai prognati < retrognati, cenderung kelas II
Nilai prognati > retrognati, cenderung kelas III

Sella turcica - Fissura Pterygomaksila
18 mm
17 mm


Jarak Fissura pterygomaksila – M1 atas
52 mm
52 mm

Panjang maksila
15 mm
16 mm

Panjang mandibula
103 mm
101 mm

Displasia Vertikal
Untuk mengukur displasia dalam arah vertikal dengan mengukur tinggi total wajah, yaitu Nasion ke Menton (N - Me)

Intepretasi:
Wajah bagian atas (N - ANS) 45%
Wajah bagian bawah (ANS - Me) 55%


Panduan Referensi untuk analisis Wendel -Wyle





Salah satu pengalaman yang menginspirasi Steiner menjadi seorang dokter gigi
suatu hari Steiner pergi berkunjung ke dokter gigi , ia mengetahui hanya 3 tambalan kecil amalgam seharga 300$ ,sama besarnya dengan gaji petani selama 3 hari . Steiner berfikir apakah karena sang dokter gigi berpakaian putih bersih, bekerja di tempat yang bersih sehingga bisa bekerja dengan baik Pengalaman tersebut membuat Steiner memutuskan untuk menjadi dokter gigi 






Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer